Rindu kali ini takkan berpulang
kepada pemiliknya. Jangan tanya mengapa.
Engkau pasti paham perihal meninggalkan dan ditinggalkan. Telah
kesekian kali purnama kunikmati sendiri, kulahap
habis dikala malam. Namun kali ini tanpa
suaramu, yang mendebarkan jantungku ketika kabarku disini membuatmu penasaran,
menjadi tanya yang tak pernah terlewatkan. Dapat kupastikan pada matamu, kau
ingin aku baik-baik saja. Menunggu dan terus menunggumu. Sebab ratusan kilo
terbentang diantara kamu dan aku. Namun kala itu, rasanya purnama tak pernah
segelap ini. Pekat dan tanpa tawa itu, tawamu. Hanya ada bayangmu menghantui,
berlarian dipikiranku. Aku rindu, tentu. Ragamu hilang, namun tidak dengan
bayangmu. Terlebih pada senyummu. Rasanya kacau. Tak ingin ku ingat, tapi
selalu teringat. Purnama tanpa suaramu, sekali lagi. Sepertinya kau telah
menjelma menjadi candu. Mirisnya, aku tak bisa lupa. Malampun tak pernah se-mengerikan ini tanpamu. Kupikir aku akan baik-baik saja
ketika kamu pergi. Nyatanya? Aku takut, kamu dimana? Tidakkah kau merindu?
Mungkin tidak. Entah apa yang aku lawan
kini. Kamu, pikiranku, atau perasaanku? Ah, Sudahlah. Menikmati purnama tanpamu
memang menimbulkan ratusan tanya tanpa jawab. Menghasilkan sajak-sajak pilu dan
ribuan diksi kias perihal rindu. Atau aku keliru, mungkin hanya belum terbiasa,
tanpamu. Ah, Kenapa memori kini terasa menyesakkan, memori tentangmu, terlebih
malam ini. Purnama sedang sendu-sendunya kunikmati tanpa hadirmu. Mungkin ia
turut berduka, atau aku saja yang berandai-andai. Lagi-lagi aku merindu. Selalu
seperti ini, dikala purnama sedang bersolek menggoda sang malam. Aku iri
menyaksikannya sendirian. Namun tak apa, mungkin memang ragamu hilang, tapi
namamu kini abadi dalam sajak-sajak yang kutulis.
kerenn, aku suka tulisannya
BalasHapusTerimakasih❤️
Hapussedikit saran, bagus ditambahkan picture sesuai isi tulisanya mbak
BalasHapusHehe terimakasih, saran diterima:)
BalasHapusBagus kak, belajar nulis dari sini deh ahaha
BalasHapusTerimakasih ya🥰
Hapus