Tanpa ia sadari, rupanya ia sedang jatuh cinta. Seperti halnya jatuh, dijatuhkannya cinta itu kepada orang yang salah. Yang tak ia mengerti isi hatinya, yang tak ia pahami perasaannya. Tipikal perempuan lugu, yang tak pernah tersentuh sebelumnya. Ia hanya luluh, ia hanya kesepian. Lalu datang masa lalu menghujam jantungnya, sekali lagi. Walaupun ia tahu, ia hanya bisa memendam perasaannya sedalam mungkin, mengubur harapannya yang belum sempat terpatri dari mulutnya. Mengertilah, bahwa ia hanya jatuh cinta, hal yang dapat dimaklumi seluruh kalangan. Hanya saja kali ini, mungkin terasa berat dan ia hanya kewalahan, untuk memaksa hatinya mengerti, bahwa cintanya kali ini hanya akan menyakitinya.
Keluh perempuan diujung ruangan kala itu. Berkutat dibalik tulisan-tulisannya, ia menumpahkan segala perasaanya. Ketikannya terhenti, ditutup layar laptopnya, perempuan itu lalu tertunduk lemas diatas meja cafe, disangga kedua tangannya yang menyilang sembari menutup mata, kemudian ia meneriakkan isi hatinya..
Dear You,
Mungkinkah kamu akan melihat ke arahku sekali saja? Dengan pandangan yang sama saat kamu melihat kearahnya? Atau aku hanya terlihat seperti sebuah mainan untukmu? Yang kiranya hanya kau mainkan sesekali, jika kau ingin.
Mengapa semua selalu tampak abu? Mengapa semua harus seperti teka-teki? Mengapa harus ada batasan? Tak bisakah kita cukup saling mencintai? Dengan utuh dan jelas, tanpa syarat apapun.
Aku hanya terlanjur nyaman berada didekatmu, tak mungkinkah bila perasaanmu bertumbuh nantinya? Sebab pandangan kita, bagaimana aku memandangmu, dan melihat kearahmu, tidaklah sama dengan caramu melihatku
Aku hanya mencintaimu sebagaimana hatiku yang dulu, menemukan arahnya kembali untuk pulang, mungkin berbeda dengan milikmu, tapi kumohon ijinkan aku, sebentar saja, berada disisimu.