��

��

Senin, 08 September 2014

Edisi Cerpen

DURI SETANGKAI MAWAR

Mentari bersinar, terbangun dari tidur lelapnya. Begitu pula denganku, yang perlahan membuka mata dan lalu terduduk di bahu tempat tidur. Alunan Burung berkicau membuka awal indah di pagi ini. Dengan setengah lesu dan mata yang menyipit, aku bergerak perlahan. Mendekati Jendela kamar yang terbuka yang menyingsingkan bola merah besar bersinar. Kudatangi dan kuhirup aroma pagi ini. Mataku memejam sedetik lalu kuangkat lagi hingga terbuka. Bola mataku melebar ketika seseorang itu tertangkap oleh bayang mataku. Paras nya indah menawan hati, ia yang sedang jogging melewati pagar rumahku dan beranjak pergi, senyum nya layak angin yang menampar berhelai rambutku. Aku terkesima, aku terlena. Lalu menyimpulkan senyum balasan padanya. Beberapa detik aku serasa melayang dengan tangan yang berpangku dagu, terlamun indah jauh tinggi ke angkasa. “dia tak pernah berubah,selalu saja memikat hatiku setiap harinya.” igo ku. Senyum ku mengembang memikirkan semua itu.
“Melly!” teriakan melengking baru saja memecah keheningan dan kebahagiaan sederhana pagi itu. Kutanggalkan kamar dan semua isinya untuk menghampiri sumber suara datang. Aku terlambat menemuinya, rumah terburu kosong. Hanya kutemukan secarik kertas yang masih tertekuk rapi “mama pergi lagi..” hanya hamparan nafas kesal datang begitu saja dari mulutku. punya mama seorang wanita karir membuatku merasa terbiasa seperti ini.
Setengah jam berlalu untuk membersihkan dan merapikan diri. Tubuhku membawa ku ke meja makan untuk sarapan. “TinTinTin” klakson mobil baru saja mengejutkanku, lalak datang. Secepat kilat ku sulap sandwich didepanku menjadi hilang. Kutemui lalak yang masih berada dibalik kemudi. Kusambar tas dan segera mungkin ku kunci rumah. Aku dan lalak sudah ada janji hari ini untuk hangout bareng.
Kemacetan ibukota memaksa ku untuk membuka percakapan dan mengusir keheningan. “duh pagi-pagi jalan udah macet aja.”.”haha,santaii jeng,udah biasa kali kaya gini. eh iya, gimana tuh kisah lo sama cowok yang selalu lo puja-puja itu?” sambarnya. Pertanyaan sahabatku yang satu ini membuat jantungku berdetak dua kali lipat dari biasanya. “lagi pula, ngga capek lo Cuma bisa ngagumin dia dari jauh doang?” lalak semakin menjadi-jadi. Pertanyaan yang semakin mengena di hati ini membuat lamunan ku kembali pecah. “ha?enggak kok lak!! Gapapa, Cuma sebagai tetangganya aja gue tuh udah seneng banget.”. “gila lo,tetep aja keukeuh ya. Tapi kapan lo nyusul gue dong? haha” sindiran dan tawaan bercampur jadi satu dalam mulut lalak. Balasan tawa yang keluar dari mulutku seakan menampar pertanyaan lalak begitu juga melepas penatku.
“yaap,kita udah sampai. kevin udah nunggu tuh di dalem.” Oceh lalak. Aku dan lalak bergegas menyusul Kevin. Aku,lalak,dan kevin memang udah sahabatan dari smp. Aku juga jadi makcomblang diantara mereka,tapi keuntungan itu nggak menular,tepatnya aku masih berpendirian sama masa jomblo ku sampai saat ini.waktu berlalu,udah berjam-jam kita bertiga nongkong sambil ngobrolin hal hal yang asik. Tiba-tiba handphone ku bergetar, mataku membaca kilat dan aku langsung memecah suasana “guys, gue disuruh ke market nih sama nyokap buat beli bahan belanjaan, udah abis semua dirumah katanya. Gue duluan aja kali ya”. “eh gue anterin aja ya mel, sekalian nih kita juga udah pada selesai ngobrolnya. Gue juga ada tugas kuliah dirumah numpuk” Tolong lalak. “yauda oke deh yuk.” jawab gue sekenanya. “eh mblo,lah terus lo pulangnya gimana?” Tanya kevin. “eh bawel gausah pake mblo bisa kali, udah gampang gue ntar nyari taksi” tampar ku. “santai mblo jangan cepet marah ntar ga laku-laku lho, eh melly ,sorry haha.” Tatapan sinis ku menjawab seluruh ejekannya.
Tiba di supermarket aku berterimakasih pada lalak sebelum ia meninggalkan ku dengan melajukan mobilnya. Aku memasuki supermarket dan segera berbelanja. Setengah jam berlalu,aku keluar supermarket dengan membawa barang belanjaan yang memenuhi trolly. Aku menunggu taksi tertangkap oleh sudut mataku. Namun lima belas menit terbuang olehku. Aku lelah, dan terduduk pada bahu jalan. aku menunduk membungkukkan badan dengan kedua tanganku menutupi seluruh wajah. Tiba-tiba suara gas kendaraan mendekat perlahan. Aku mendongak, sedan merah tepat berhenti di depan mataku. Kaca mobil dibuka, dan ternyata “adit!!” teriakku dalam hati. Aku bergegas berdiri dan menahan senyum sebisanya. “melly, lo ngapain disini?” tukasnya. jantungku berdetak kencang,kuharap ia tidak sampai mendengarnya. “nungguin taksi ngga dateng-dateng daritadi, gue abis belanja.” jawab ku sebiasa mungkin. “oh kalo gitu bareng gue aja yuk, gue sekalian mau pulang kerumah juga. lagian cewek gabaik sendirian, harus ada yang nemenin.”. Perhatiannya sontak melelehkan ku seketika, senyumku mengembang mewakili jawabanku. Lalu adit segera membawa barang belanjaanku masuk ke mobilnya bersama denganku pula.
Sore datang, membangunkan ku dari tidur siang yang ku jalani. Hari ini terasa indah sekali. Baru pertama aku bisa sedekat ini dengan adit, orang yang selama ini ku kagumi parasnya. “Dret dret dret” suara handphone bergetar di meja kecil samping tempat tidur. Segera kuambil dan ku lihat isinya. Pesan singkat yang telah diketahui pengirimnya bertuliskan “halo” dengan sebuah emot senyum berhasil membuatku melompat-lompat di atas kasur dan  berteriak tanpa suara. Lalu “brukkk” aku menjatuhkan diriku pada badan kasur. Segera kubalas pesan dari adit tersebut. Aku memberikan nomorku tadi ketika ia memintanya. Senyumku terus terpampang selama berkutat dengan pesannya. “Besok pagi ia mengajakku jalan. Aku harus cerita pada lalak.”ucapku lirih. Ku telephone lalak dan kusuruh ia untuk kerumah. “lak lo sekarang kerumah gue ya sekalian nginep aja deh temenin gue, nyokap gue sama kantornya baru keluar kota jadi dia ga pulang dulu kerumah, gue pingin cerita yang pasti bakal ngejutin lo” ucapku. “oke dear” jawab lalak singkat. Ku matikan telephone dan siap menunggu lalak.
“mell udah cepet lo sekarang cerita sama gue sebenernya ada apa?!” tukas lalak. “lak,gue-lagi-deket-samaaaa…” jawab ku dengan kata yang terpotong-potong membuat lalak semakin penasaran. Lalu ia mencubit ku keras. “aw! Iya iya lak sabar napah, gue lagi deket sama adit!!” teriak ku kencang. “apa?!!!” balasnya dengan teriakan juga. “iyaa,dan besok pagi dia mau jemput gue terus ngajakin gue jalan deh” balasku dengan mata berbinar. “aidiih selamat ya buat sahabat gue yang satu ini akhirnya bisa deket juga sama adit yang selama ini Cuma ngagumin doang hahaha” godanya. “aaa samasama sweety” kami berpelukan dan lalu tertidur pulas karena hari sudah larut.
Fajar menyingsing menerbitkan sinarnya. Gelap menghilang tergantikan oleh terangnya pagi. Kumpulan mimpi mulai menghilang sirna dari bayang semu. Aku terbangun, melihat jam beker yang menunjukkan pukul 8 pagi. Aku terberanjak dari kasur dan berteriak “aaa!!” suaraku layaknya denting alarm dan membangunkan lalak disampingku. “duh apa apaan sih lo mel,gue masih ngantuk tau” jawab lalak sekenanya. “duh lak ampun dah lu kebo amat. Gue kan pagi ini ada janji sama adit jam 10, ini udah jam 8 lak artinya kan tinggal 2 jam lagi gue harus siap-siap”tukas ku. “whaaat?!! Jam 8 ni? Lo gimanasih? Udah kesiangan tau. Ayo lo cepet siap-siap deh sana, ga ngomong gue lagi kalo sekarang udah jam 8, kan gue juga mau pergi sama Kevin” ungkap lalak. Aku hanya membalas kata-katanya dengan tatapan sinis lalu bergegas untuk mempersiapkan diri. Aku merasa tidak sabar akan pergi dengan adit, dia, pangeran yang menawan hati.
“mel..” panggilnya lirih. “iya?” jawabku gerogi. “lo kok diem aja?” lanjutnya. “hehe nggapapa kok.” jawabku dengan senyum tipis. Jalanan yang ramai membuat aku dan adit masih terjebak di dalam sedan merah kepunyaannya. Selama perjalanan baru terbuka percakapan singkat ini. “Aku gerogi nggak karuan!” curhat ku dalam hati. Sebisa mungkin aku berganti yang melanjutkan percakapan “kita mau kemana sih dit?”. “nah akhirnya Tanya juga, gue udah nunggu dari tadi lo Tanya gini” jawabnya tanpa jawaban. “hehe” singkatku. “em kita mau ke mall, gue mau cari kaset music nih, lo gapapa kan?” jawabnya ragu. “Oh mau beli kaset music, gapapa banget dit, sekalipun kalo gue harus nemenin lo, tiap hari juga gapapa. gue seneng asal ada disamping lo, ngeliat muka ganteng lo. oh my god dit lo ganteng banget, gue betah aja rasanya…..”. “mel?” suaranya memecah lamunan. “ha? oh iyaiya? Gapapa kok dit.” Jawabku kaget. “lo ngelamunin apa hayo? gue ya?” pertanyaan adit sontak membuat bola mataku melebar dan serasa ingin lari. Aku tersipu. Kuharap wajahku yang memerah tak tertangkap basah oleh nya. Aku terdiam dan berusaha membalikkan keadaan menjadi biasa saja.
Selesai dengan urusan kaset, adit langsung mengajakku makan siang didalam mol tersebut. adit membuka percakapan siang itu dengan kata “selamat makan” karena pelayan baru saja mengantarkan pesanan kami. Aku menjawab dengan senyuman dan langsung melahap makanan didepanku karena tadi pagi aku lupa sarapan. “pelan pelan dong makannya” adit mengusap noda di dekat bibirku. Aku terpaku bagai patung, mataku dan matanya bertemu dalam sekejab keheningan. Lalu aku membuyarkannya dengan ikut membersihkan noda dengan tanganku sendiri. “kamu lucu banget ya kalo makan bisa sampe kaya gitu” lanjut adit bicara. “Yaampun, adit manggil gue pake aku-kamu…”batinku. “sorry” jawabku tersipu. “iya nggapapa,aku juga sering gitu kok hehe” tawanya. aku ikut tertawa. “melly,kamu cantik” tatapnya. Aku menunduk malu. ”kamu juga ganteng banget dit” jawabku dalam hati. “ah kamu bisa aja dit” jawabku mencoba mencairkan suasana yang semakin baku layaknya tulisan. “ih bener tau,kamu imut” ucapnya disertai tawa. Aku hanya membalasnya dengan ikut tertawa. “nanti malem jam 7 aku jemput kamu kerumah ya” lanjutnya dengan senyum yang dalam.
Jam menunjukkan pukul 19.00 wib, namun sedan merah yang ku maksut belum muncul-muncul juga. “lak gue udah cantik belum?” Tanya ku pada lalak yang sedang mondar-mandir di teras rumah. “udah” jawab lalak tanpa melihatku. “gue seneng banget deh lak, gue gasabar nunggu adit, tapi kok dia telat sih kenapa ya?” ungkapku. “lah emang lo mau kemana sih sama adit?” Tanya lalak yang lalu berhenti terduduk di sampingku. “tadi sih adit bilang ngajakin gue candle light dinner lak. duh gue ga bisa ngebayangin pasti ntar bakal romantic banget deh lak” celotehku. “hmm” jawab lalak yang sedang menatap hp nya. “lak,kayanya gue jatuh cinta dalem banget deh sama adit” lirih ku. “ha??!! Lo yakin mel? lo kan baru aja deket masa lo..”, “iya lak gue yakin banget 100% sama dia, gantengnya itu loh ga nahan” potongku. “saran gue jangan dulu deh mel, tapi semua keputusan sih ada ditangan lo” kata lalak.
“udah 2 jam lo nunggu mel,coba deh lo telfon Adit” Tanya lalak cemas. “udah lak, ga ada jawaban dari dia. Dia kemana sih, apa ketiduran ya?” jawabku gundah. Melihat kesedihanku, lalak langsung menghiburku. “mel, mending lo ikut gue deh sekarang. Kita nyusul Kevin aja yuk yang lagi ada di kafe, dia lagi perform loh, kan kasian lo udah cantik-cantik begini terus Cuma dirumah aja.” Aku mengangguk lemas mengikuti apa yang lalak katakan. “gue galau banget sekarang,dit lo dimana? gue kangen ” celotehku dalam hati.
Mobil lalak membawa ku menuju kafe yang ada di tepi jalan. Aku menuruni mobil yang baru terparkir dengan lesu. Tangan lalak menggandengku menuju dalam kafe. aku dan lalak menikmati akustikan music yang disajikan kafe tersebut, dan Kevin yang sedang perform diatas panggung. Perasaanku nggak enak,atau mungkin aku terlalu bosan untuk menghadap pada orang-orang yang sedang bermain music mellow, seperti mengejekku. Mataku menyapu sekeliling lalu terhenti pada suatu hal di pintu masuk kafe. “adit?” kataku lirih. “mana adit?” Tanya lalak seolah mendengar perkataan lirihku. Aku membisu namun pandanganku tetap menuju pada arah pintu masuk kafe, adit yang baru saja memasuki kafe dengan menggandeng wanita lain dengan mesra nya. Tangan kanan nya memeluk pinggang wanita itu, dan tangan kirinya membelai rambut sang wanita. Wanita yang ada dipelukannya berparas cantik, berambut panjang, berkulit putih, dan tingginya semampai. Membuatku iri dan tak bisa berkata-kata. ”mel…” panggil lalak lirih seolah mengerti perasaanku. Aku meneteskan air mata, merasakan sakit yang terlalu dalam, perihnya mencintai yang dibalas dengan penghianatan. Tak tahan dengan air mataku yang turun, lalak menarik tanganku pergi. ”ayo ikut gue!”. “dit, lo dasar bener-bener kurangajar ya!!” tangan lalak menampar adit. Adit membalas ingin menampar lalak, namun terlambat, Kevin datang memukul adit terlebih dahulu. Lalu aku, lalak, dan Kevin pergi menuju mobil.
“lo yang sabar ya mel. ternyata adit itu emang cowok yang ngga bener!” suara lalak memecah keheningan di mobil sambil memelukku. Kevin yang menyetir didepan tampak focus untuk melajukan mobil lalak saja. Aku menangis tersedu-sedu sampai sesak yang kurasakan.
Sesampai nya dirumah, aku langsung masuk ke kamar. Meninggalkan dua sahabat yang masih berada di luar rumah. kesedihanku tak terbendungi lagi. Aku tak bisa merasa biasa saja dan menutupi semua kesedihanku. Semua cinta yang telah kucurahkan menghasilkan sia dan luka. Aku terlungkup memeluk guling dan menangisi semuanya, yang telah terjadi. Kevin mengetuk pintu kamar ku dan memasukinya. Ia terduduk pada bahu kasur. “mel,udah ya. Lo jangan sedih terlalu lama..udah ya jangan sedih dong, gue sama lalak juga ikut sedih nanti, lo gamau kan? semangat lak, lupain adit si playboy kampungan itu. lo pasti bisa kok” tutur Kevin memelas. Aku hanya terdiam, mendengar perkataannya, tanpa menjawab. Mataku memejam. “mereka nggatau apa yang aku rasain, sakit, terlalu pedih.” Hatiku bicara. Lalu Kevin berpamit pulang padaku dan menjauh dari kamar. Tangisanku kembali pecah, menghidupkan seisi kamar yang hening dan hanya ada aku didalamnya. Beberapa saat kemudian lalak datang. “mel gue ngerti kok apa yang lo rasain, sakit memang, malah sakit banget kan, apalagi lo udah jatuh terlalu dalam di hatinya, tapi lo ngga boleh terjebak terus dalam kesedihan ini. Lo harus ngelawan, lo gaboleh hanyut gitu aja mel. Lo harus bangkit dan keluar dari semua cobaan ini, lo kudu ikhlas sama apa yang udah terjadi sama lo, meskipun gue ngerti itu susah, tapi lo harus inget disini ada gue sama Kevin yang siap ngebantu lo” tutur lalak dalam. Aku kembali terdiam, namun menangkap masuk semua perkataannya. “Ini juga salah gue sih, gue terlalu gampang buat jatuh cinta dan terlalu dalam buat mencintai.” Batinku. Lalu aku memejamkan mata, menrefleksikan hati dan pikiran pada bayang semu, mimpi.
Pagi kali ini terasa berbeda, tak seperti hari-hari sebelumnya. rasa malas memelukku untuk tetap berada pada tempat tidur. Tak ada kicauan burung. Sisa-sisa rasa sedih masih bersamaku. Kurasa hari ini mendung, karena belum kulihat juga matahari menyingsing. Kurasa ia berada dibalik awan, sama sepertiku yang masih berada dibalik kesedihanku. Aku kembali membanjirkan pipi dengan tangisan. Aku teringat kembali akan kejadian semalam, serasa batu membentur kepala ku dengan kerasnya. ”krucuk” keroncong perutku membuyarkan lamunan. Tiba-tiba Lalak datang membawakan sebuah roti dan susu yang ditaruhnya di meja sanding tempat tidur. “udah lo makan dulu gih mel, ntar lo sakit. gue tau lo pasti laper. lo kan belum makan dari semalam.” Memang benar aku kelaparan,semalam waktuku hanya kuhabiskan untuk menunggu Adit dan jawabannya. Aku terbangun dari tidurku untuk meghargai kebaikan lalak dan berbuat baik pada perutku. Lalak benar, cukup hatiku saja yang sakit, aku tidak boleh mengorbankan tubuhku sakit juga, hanya demi dia. ya dia yang membuat luka. Perlahan aku menyantap sarapan yang dibuatkan lalak. “yaampun mel mata lo udah kaya kena tinju aja bengkak gitu, gue panggilin dokter yah?” goda nya mencoba menghibur. “ah elo apaan sih lak, by the way makasih ya sarapannya” aku mengulas senyum. “iya sama-sama, gue udah kaya babu lo aja ya, untung ada makanan sisa kemarin..” tukas lalak. “ha?jadi…itu makanan basi?” tatapku mual. “haha ya engga lah mel. lo mau aja gue boongin haha.” tawanya menggelitik. “yah gue kira” jawabku.”Udah lo sana mandi dulu badan lo bau kecut.” kata lalak sambil menutup hidung dan mengusir ku.
“Habis mandi fresh banget ternyata, pikiran jernih lagi” igo ku. “eh melly pagi-pagi udah ada di ruang tengah aja” sapa Kevin. “dih vin bisa ngga sih lo tu ngga ngagetin gue pagi-pagi gini. Masuk rumah ngetuk dulu kek apaan kek gitu” jawabku kesal. “halah bawel lu ah, ni gue bawain buah buat lo.” sambarnya. “yakali emang lagi jenguk dirumah sakit gitu ye bawain buah segala, tapi makasih ya” celethuk ku. “udah kalo gamau buah nya buat gue aja mel gue juga mau kali.” canda lalak. “nah tu bener kasihin lalak aja tuh dia suka juga.” tambah Kevin. “ye apaan sih gua bercanda keles santai dong jangan bully” ucap ku memelas pada mereka berdua. Beberapa menit adalah hening yang tersisa diantara kita. Hanya ada suara tv yang mengisi kekosongan waktu.
“mel lo udah gapapa kan?” Tanya Kevin memecah kekosongan. Aku tahu bahwa Kevin akan menanyakannya.” aku harus kuat, ingat aku bersama mereka saat Ini, jadi apa yang perlu kutakutkan?” batinku mengoyak. Melihatku yang masih terdiam, lalak melirikkan matanya pada Kevin sebagai kode. ”mel?” Tanya nya lagi. ”sakit banget rasanya vin, lak, ketika lo udah mencurahkan semua rasa sama orang yang lo cintai, dan malah dia nyakitin lo, dengan berbohong aja itu nyakitin banget rasanya.” jawabku dengan pandangan kosong. Mereka berdua terdiam. “tapi gue yang salah juga, gue ngga dengerin saran lo lak kalo gue harusnya ngga secepet itu naruh hati, dan sedalam itu..gue terlalu buta sama cinta, sama fisik, dan perlakuannya yang memperlakukan gue kaya ratu nya. Jujur gue masih sayang sama dia. Gue masih sedih tapi mulai sekarang gue bakalan bangkit lak, vin. Gue gabakal sedih lagi, gue bakalan ngelupain dia. Makasih ya kalian udah mau bantu gue, kalian sahabat gue banget. ”lanjutku dengan senyum mengembang. Lalu Lalak dan Kevin sontak memeluk ku erat, aku pun membalas pelukan mereka.

Pagi ini dilanjutkan dengan suasana syahdu peristiwa itu. Sejak malam itu Adit tak pernah lagi terpampang dalam layar handphone ku. Batang hidungnya tak muncul lagi dalam keseharianku. Wajahnya yang rupawan itu perlahan hilang dalam pikiranku. Aku melupakannya. Rasa sayang ini juga memudar tanpa perlu dipaksakan. Mengalir begitu saja dan pergi. Adit adalah setangkai mawar yang menyentuhku, indah namun menyakitkan. Yang kini layu karena sang waktu.