Senin, 02 Februari 2015

Tenang



Angin menghempaskan tubuhnya untukku, padaku. Aku yang sedang terduduk pada punggung milyaran pasir putih ini. tertunduk lesu, sesekali mendongakkan kepala untuk menonton deburan ombak yang terus memecah batu karang. Sesekali menggema. Memejamkan mata dan dibangunkan oleh sentuhan angin pada telingaku. Geli, membuatku ingin tersenyum, tapi tak bisa. Ketenanganku berlanjut pada matahari yang meninggi tertutup awan-awan bak istana langit. Birunya langit yang sama dengan air di pantai itu membuatku hanyut dalam lamunan, dan membuatku bersandar pada lembutnya pasir pantai. Sesekali air laut menjilat jemari kaki, membuatku tersentak dan menyadari bahwa air laut meninggi. Genitnya, semakin mendekatiku. Ku benahi posisi dudukku, lalu terlentang kembali. Sekelompok burung membentuk formasi panah dan sekejap hilang dari pandangan. Mungkin aku melupakan formasi hati-nya, yang jeritannya memekakkan perasaan(re:jeritan hati). Namun aku melewatkannya sesaat. Pohon-pohon bakau yang membentengiku dibelakang menggoyangkan dahannya. Kupikir, kuat kali angin yang menghembusnya. Sedetik, air laut kembali tenang, setenang pikiranku saat ini. perlahan-lahan tidak memekikkan telinga atas sentuhan kasarnya pada batu karang. Aku tak melihat seorangpun disini kecuali diriku. Para nelayan dengan perahu dan jala nya pun seperti kasat mata. Sepi, bak pantai yang mati.
Pantai dan segala isinya seperti ini yang sangat istimewa, membuatku setenang-tenangnya tenang. bak bernyawa sendiri dalam bumi. Meskipun begitu, pantai ini tak dapat menarik bibirku simetris dan melengkungkan senyuman. Aku yang tak peka? Atau aku yang terlalu lelah untuk melepaskan senyum? Lantas siapa yang dapat melihat seulas senyum muncul dari bibir ini? rindukah aku terhadap senyuman yang terlihat jelas? Kupikir iya. Sekejap memoriku memutar kenangan, pada sosok yang mengejutkan ku, di sampingku, yang kini menatapku, membebaskan senyumku dari penjara kecewa, dan dengan separuh keikhlasan, kubagi padanya.

Kini aku bukan satu-satunya yang bernyawa.



(p.s : Aku merindumu, pantai)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar