Senja memamerkan keindahannya petang
ini, mensolekkan tubuhnya bak 7 bidadari dan selendang warnanya. Syukurlah
dapat mencuri kelelahanku dan beban yang ku pikul hari ini. cukup banyak dan
merepotkan. Merewelkan hati dan menjeritkan tangis.
Alunan kenangan menghiasi langit,
semu sekali seperti mimpi di musim semi, yang membangunkanku dan menahanku
untuk lari dari kenyataan.
Air
mata ini tak lagi mau jatuh, mungkin ia telah jenuh untuk terus membasahi pipi
kala matahari menyembunyikan dirinya.
Rindu
ini tak lagi bernyawa, mungkin ia telah rapuh untuk selalu menunggu tujuannnya
yang tak akan datang menemuinya.
Cinta
ini mungkin telah menjadi abu, mungkin karena keegoisan para pemiliknya yang menyulutkan api dan membakarnya.
Senja menghilang, petang menggelap, para
aurora meredupkan cahayanya, dan aku terbang menuju mimpi yang selalu
membiarkan dirinya menjadi semu.
Tanpa sadar aku terus
mencintaimu meski lelah menelanku, dan hati yang tak lagi utuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar