DURI SETANGKAI MAWAR
Mentari
bersinar, terbangun dari tidur lelapnya. Begitu pula denganku, yang perlahan
membuka mata dan lalu terduduk di bahu tempat tidur. Alunan Burung berkicau
membuka awal indah di pagi ini. Dengan setengah lesu dan mata yang menyipit, aku
bergerak perlahan. Mendekati Jendela kamar yang terbuka yang menyingsingkan
bola merah besar bersinar. Kudatangi dan kuhirup aroma pagi ini. Mataku memejam
sedetik lalu kuangkat lagi hingga terbuka. Bola mataku melebar ketika seseorang
itu tertangkap oleh bayang mataku. Paras nya indah menawan hati, ia yang sedang
jogging melewati pagar rumahku dan
beranjak pergi, senyum nya layak angin yang menampar berhelai rambutku. Aku
terkesima, aku terlena. Lalu menyimpulkan senyum balasan padanya. Beberapa
detik aku serasa melayang dengan tangan yang berpangku dagu, terlamun indah
jauh tinggi ke angkasa. “dia tak pernah berubah,selalu saja memikat hatiku
setiap harinya.” igo ku. Senyum ku mengembang memikirkan semua itu.
“Melly!”
teriakan melengking baru saja memecah keheningan dan kebahagiaan sederhana pagi
itu. Kutanggalkan kamar dan semua isinya untuk menghampiri sumber suara datang.
Aku terlambat menemuinya, rumah terburu kosong. Hanya kutemukan secarik kertas
yang masih tertekuk rapi “mama pergi lagi..” hanya hamparan nafas kesal datang
begitu saja dari mulutku. punya mama seorang wanita karir membuatku merasa terbiasa
seperti ini.
Setengah jam
berlalu untuk membersihkan dan merapikan diri. Tubuhku membawa ku ke meja makan
untuk sarapan. “TinTinTin” klakson mobil baru saja mengejutkanku, lalak datang.
Secepat kilat ku sulap sandwich didepanku menjadi hilang. Kutemui lalak yang
masih berada dibalik kemudi. Kusambar tas dan segera mungkin ku kunci rumah.
Aku dan lalak sudah ada janji hari ini untuk hangout bareng.
Kemacetan ibukota
memaksa ku untuk membuka percakapan dan mengusir keheningan. “duh pagi-pagi
jalan udah macet aja.”.”haha,santaii jeng,udah biasa kali kaya gini. eh iya, gimana
tuh kisah lo sama cowok yang selalu lo puja-puja itu?” sambarnya. Pertanyaan
sahabatku yang satu ini membuat jantungku berdetak dua kali lipat dari
biasanya. “lagi pula, ngga capek lo Cuma bisa ngagumin dia dari jauh doang?” lalak
semakin menjadi-jadi. Pertanyaan yang semakin mengena di hati ini membuat
lamunan ku kembali pecah. “ha?enggak kok lak!! Gapapa, Cuma sebagai tetangganya
aja gue tuh udah seneng banget.”. “gila lo,tetep aja keukeuh ya. Tapi kapan lo
nyusul gue dong? haha” sindiran dan tawaan bercampur jadi satu dalam mulut
lalak. Balasan tawa yang keluar dari mulutku seakan menampar pertanyaan lalak
begitu juga melepas penatku.
“yaap,kita udah
sampai. kevin udah nunggu tuh di dalem.” Oceh lalak. Aku dan lalak bergegas menyusul
Kevin. Aku,lalak,dan kevin memang udah sahabatan dari smp. Aku juga jadi
makcomblang diantara mereka,tapi keuntungan itu nggak menular,tepatnya aku
masih berpendirian sama masa jomblo ku sampai saat ini.waktu berlalu,udah
berjam-jam kita bertiga nongkong sambil ngobrolin hal hal yang asik. Tiba-tiba
handphone ku bergetar, mataku membaca kilat dan aku langsung memecah suasana
“guys, gue disuruh ke market nih sama nyokap buat beli bahan belanjaan, udah
abis semua dirumah katanya. Gue duluan aja kali ya”. “eh gue anterin aja ya
mel, sekalian nih kita juga udah pada selesai ngobrolnya. Gue juga ada tugas
kuliah dirumah numpuk” Tolong lalak. “yauda oke deh yuk.” jawab gue sekenanya.
“eh mblo,lah terus lo pulangnya gimana?” Tanya kevin. “eh bawel gausah pake
mblo bisa kali, udah gampang gue ntar nyari taksi” tampar ku. “santai mblo
jangan cepet marah ntar ga laku-laku lho, eh melly ,sorry haha.” Tatapan sinis
ku menjawab seluruh ejekannya.
Tiba di
supermarket aku berterimakasih pada lalak sebelum ia meninggalkan ku dengan
melajukan mobilnya. Aku memasuki supermarket dan segera berbelanja. Setengah
jam berlalu,aku keluar supermarket dengan membawa barang belanjaan yang
memenuhi trolly. Aku menunggu taksi tertangkap oleh sudut mataku. Namun lima
belas menit terbuang olehku. Aku lelah, dan terduduk pada bahu jalan. aku
menunduk membungkukkan badan dengan kedua tanganku menutupi seluruh wajah.
Tiba-tiba suara gas kendaraan mendekat perlahan. Aku mendongak, sedan merah
tepat berhenti di depan mataku. Kaca mobil dibuka, dan ternyata “adit!!” teriakku
dalam hati. Aku bergegas berdiri dan menahan senyum sebisanya. “melly, lo
ngapain disini?” tukasnya. jantungku berdetak kencang,kuharap ia tidak sampai mendengarnya.
“nungguin taksi ngga dateng-dateng daritadi, gue abis belanja.” jawab ku
sebiasa mungkin. “oh kalo gitu bareng gue aja yuk, gue sekalian mau pulang
kerumah juga. lagian cewek gabaik sendirian, harus ada yang nemenin.”.
Perhatiannya sontak melelehkan ku seketika, senyumku mengembang mewakili
jawabanku. Lalu adit segera membawa barang belanjaanku masuk ke mobilnya
bersama denganku pula.
Sore datang, membangunkan
ku dari tidur siang yang ku jalani. Hari ini terasa indah sekali. Baru pertama aku
bisa sedekat ini dengan adit, orang yang selama ini ku kagumi parasnya. “Dret
dret dret” suara handphone bergetar di meja kecil samping tempat tidur. Segera
kuambil dan ku lihat isinya. Pesan singkat yang telah diketahui pengirimnya
bertuliskan “halo” dengan sebuah emot senyum berhasil membuatku melompat-lompat
di atas kasur dan berteriak tanpa suara.
Lalu “brukkk” aku menjatuhkan diriku pada badan kasur. Segera kubalas pesan
dari adit tersebut. Aku memberikan nomorku tadi ketika ia memintanya. Senyumku terus
terpampang selama berkutat dengan pesannya. “Besok pagi ia mengajakku jalan.
Aku harus cerita pada lalak.”ucapku lirih. Ku telephone lalak dan kusuruh ia
untuk kerumah. “lak lo sekarang kerumah gue ya sekalian nginep aja deh temenin
gue, nyokap gue sama kantornya baru keluar kota jadi dia ga pulang dulu
kerumah, gue pingin cerita yang pasti bakal ngejutin lo” ucapku. “oke dear”
jawab lalak singkat. Ku matikan telephone dan siap menunggu lalak.
“mell udah cepet
lo sekarang cerita sama gue sebenernya ada apa?!” tukas lalak.
“lak,gue-lagi-deket-samaaaa…” jawab ku dengan kata yang terpotong-potong
membuat lalak semakin penasaran. Lalu ia mencubit ku keras. “aw! Iya iya lak
sabar napah, gue lagi deket sama adit!!” teriak ku kencang. “apa?!!!” balasnya
dengan teriakan juga. “iyaa,dan besok pagi dia mau jemput gue terus ngajakin
gue jalan deh” balasku dengan mata berbinar. “aidiih selamat ya buat sahabat
gue yang satu ini akhirnya bisa deket juga sama adit yang selama ini Cuma ngagumin
doang hahaha” godanya. “aaa samasama sweety”
kami berpelukan dan lalu tertidur pulas karena hari sudah larut.
Fajar
menyingsing menerbitkan sinarnya. Gelap menghilang tergantikan oleh terangnya
pagi. Kumpulan mimpi mulai menghilang sirna dari bayang semu. Aku terbangun, melihat
jam beker yang menunjukkan pukul 8 pagi. Aku terberanjak dari kasur dan
berteriak “aaa!!” suaraku layaknya denting alarm dan membangunkan lalak
disampingku. “duh apa apaan sih lo mel,gue masih ngantuk tau” jawab lalak
sekenanya. “duh lak ampun dah lu kebo amat. Gue kan pagi ini ada janji sama adit
jam 10, ini udah jam 8 lak artinya kan tinggal 2 jam lagi gue harus siap-siap”tukas
ku. “whaaat?!! Jam 8 ni? Lo gimanasih? Udah kesiangan tau. Ayo lo cepet
siap-siap deh sana, ga ngomong gue lagi kalo sekarang udah jam 8, kan gue juga
mau pergi sama Kevin” ungkap lalak. Aku hanya membalas kata-katanya dengan
tatapan sinis lalu bergegas untuk mempersiapkan diri. Aku merasa tidak sabar
akan pergi dengan adit, dia, pangeran yang menawan hati.
“mel..”
panggilnya lirih. “iya?” jawabku gerogi. “lo kok diem aja?” lanjutnya. “hehe
nggapapa kok.” jawabku dengan senyum tipis. Jalanan yang ramai membuat aku dan adit
masih terjebak di dalam sedan merah kepunyaannya. Selama perjalanan baru
terbuka percakapan singkat ini. “Aku gerogi nggak karuan!” curhat ku dalam
hati. Sebisa mungkin aku berganti yang melanjutkan percakapan “kita mau kemana
sih dit?”. “nah akhirnya Tanya juga, gue udah nunggu dari tadi lo Tanya gini”
jawabnya tanpa jawaban. “hehe” singkatku. “em kita mau ke mall, gue mau cari
kaset music nih, lo gapapa kan?” jawabnya ragu. “Oh mau beli kaset music, gapapa
banget dit, sekalipun kalo gue harus nemenin lo, tiap hari juga gapapa. gue
seneng asal ada disamping lo, ngeliat muka ganteng lo. oh my god dit lo ganteng banget, gue betah aja rasanya…..”. “mel?” suaranya
memecah lamunan. “ha? oh iyaiya? Gapapa kok dit.” Jawabku kaget. “lo ngelamunin
apa hayo? gue ya?” pertanyaan adit sontak membuat bola mataku melebar dan
serasa ingin lari. Aku tersipu. Kuharap wajahku yang memerah tak tertangkap
basah oleh nya. Aku terdiam dan berusaha membalikkan keadaan menjadi biasa
saja.
Selesai dengan
urusan kaset, adit langsung mengajakku makan siang didalam mol tersebut. adit
membuka percakapan siang itu dengan kata “selamat makan” karena pelayan baru
saja mengantarkan pesanan kami. Aku menjawab dengan senyuman dan langsung
melahap makanan didepanku karena tadi pagi aku lupa sarapan. “pelan pelan dong
makannya” adit mengusap noda di dekat bibirku. Aku terpaku bagai patung, mataku
dan matanya bertemu dalam sekejab keheningan. Lalu aku membuyarkannya dengan ikut
membersihkan noda dengan tanganku sendiri. “kamu lucu banget ya kalo makan bisa
sampe kaya gitu” lanjut adit bicara. “Yaampun, adit manggil gue pake
aku-kamu…”batinku. “sorry” jawabku tersipu. “iya nggapapa,aku juga sering gitu
kok hehe” tawanya. aku ikut tertawa. “melly,kamu cantik” tatapnya. Aku menunduk
malu. ”kamu juga ganteng banget dit” jawabku dalam hati. “ah kamu bisa aja dit”
jawabku mencoba mencairkan suasana yang semakin baku layaknya tulisan. “ih
bener tau,kamu imut” ucapnya disertai tawa. Aku hanya membalasnya dengan ikut tertawa.
“nanti malem jam 7 aku jemput kamu kerumah ya” lanjutnya dengan senyum yang
dalam.
Jam menunjukkan
pukul 19.00 wib, namun sedan merah yang ku maksut belum muncul-muncul juga.
“lak gue udah cantik belum?” Tanya ku pada lalak yang sedang mondar-mandir di
teras rumah. “udah” jawab lalak tanpa melihatku. “gue seneng banget deh lak, gue
gasabar nunggu adit, tapi kok dia telat sih kenapa ya?” ungkapku. “lah emang lo
mau kemana sih sama adit?” Tanya lalak yang lalu berhenti terduduk di
sampingku. “tadi sih adit bilang ngajakin gue candle light dinner lak. duh gue ga bisa ngebayangin pasti ntar
bakal romantic banget deh lak” celotehku. “hmm” jawab lalak yang sedang menatap
hp nya. “lak,kayanya gue jatuh cinta dalem banget deh sama adit” lirih ku.
“ha??!! Lo yakin mel? lo kan baru aja deket masa lo..”, “iya lak gue yakin
banget 100% sama dia, gantengnya itu loh ga nahan” potongku. “saran gue jangan
dulu deh mel, tapi semua keputusan sih ada ditangan lo” kata lalak.
“udah 2 jam lo
nunggu mel,coba deh lo telfon Adit” Tanya lalak cemas. “udah lak, ga ada
jawaban dari dia. Dia kemana sih, apa ketiduran ya?” jawabku gundah. Melihat
kesedihanku, lalak langsung menghiburku. “mel, mending lo ikut gue deh sekarang.
Kita nyusul Kevin aja yuk yang lagi ada di kafe, dia lagi perform loh, kan
kasian lo udah cantik-cantik begini terus Cuma dirumah aja.” Aku mengangguk
lemas mengikuti apa yang lalak katakan. “gue galau banget sekarang,dit lo
dimana? gue kangen ” celotehku dalam hati.
Mobil lalak
membawa ku menuju kafe yang ada di tepi jalan. Aku menuruni mobil yang baru
terparkir dengan lesu. Tangan lalak menggandengku menuju dalam kafe. aku dan
lalak menikmati akustikan music yang disajikan kafe tersebut, dan Kevin yang
sedang perform diatas panggung. Perasaanku nggak enak,atau mungkin aku terlalu
bosan untuk menghadap pada orang-orang yang sedang bermain music mellow, seperti mengejekku. Mataku
menyapu sekeliling lalu terhenti pada suatu hal di pintu masuk kafe. “adit?”
kataku lirih. “mana adit?” Tanya lalak seolah mendengar perkataan lirihku. Aku
membisu namun pandanganku tetap menuju pada arah pintu masuk kafe, adit yang
baru saja memasuki kafe dengan menggandeng wanita lain dengan mesra nya. Tangan
kanan nya memeluk pinggang wanita itu, dan tangan kirinya membelai rambut sang
wanita. Wanita yang ada dipelukannya berparas cantik, berambut panjang, berkulit
putih, dan tingginya semampai. Membuatku iri dan tak bisa berkata-kata. ”mel…”
panggil lalak lirih seolah mengerti perasaanku. Aku meneteskan air mata, merasakan
sakit yang terlalu dalam, perihnya mencintai yang dibalas dengan penghianatan.
Tak tahan dengan air mataku yang turun, lalak menarik tanganku pergi. ”ayo ikut
gue!”. “dit, lo dasar bener-bener kurangajar ya!!” tangan lalak menampar adit. Adit
membalas ingin menampar lalak, namun terlambat, Kevin datang memukul adit
terlebih dahulu. Lalu aku, lalak, dan Kevin pergi menuju mobil.
“lo yang sabar
ya mel. ternyata adit itu emang cowok yang ngga bener!” suara lalak memecah
keheningan di mobil sambil memelukku. Kevin yang menyetir didepan tampak focus
untuk melajukan mobil lalak saja. Aku menangis tersedu-sedu sampai sesak yang
kurasakan.
Sesampai nya
dirumah, aku langsung masuk ke kamar. Meninggalkan dua sahabat yang masih
berada di luar rumah. kesedihanku tak terbendungi lagi. Aku tak bisa merasa
biasa saja dan menutupi semua kesedihanku. Semua cinta yang telah kucurahkan
menghasilkan sia dan luka. Aku terlungkup memeluk guling dan menangisi
semuanya, yang telah terjadi. Kevin mengetuk pintu kamar ku dan memasukinya. Ia
terduduk pada bahu kasur. “mel,udah ya. Lo jangan sedih terlalu lama..udah ya
jangan sedih dong, gue sama lalak juga ikut sedih nanti, lo gamau kan? semangat
lak, lupain adit si playboy kampungan itu. lo pasti bisa kok” tutur Kevin
memelas. Aku hanya terdiam, mendengar perkataannya, tanpa menjawab. Mataku
memejam. “mereka nggatau apa yang aku rasain, sakit, terlalu pedih.” Hatiku
bicara. Lalu Kevin berpamit pulang padaku dan menjauh dari kamar. Tangisanku
kembali pecah, menghidupkan seisi kamar yang hening dan hanya ada aku
didalamnya. Beberapa saat kemudian lalak datang. “mel gue ngerti kok apa yang
lo rasain, sakit memang, malah sakit banget kan, apalagi lo udah jatuh terlalu
dalam di hatinya, tapi lo ngga boleh terjebak terus dalam kesedihan ini. Lo
harus ngelawan, lo gaboleh hanyut gitu aja mel. Lo harus bangkit dan keluar
dari semua cobaan ini, lo kudu ikhlas sama apa yang udah terjadi sama lo, meskipun
gue ngerti itu susah, tapi lo harus inget disini ada gue sama Kevin yang siap
ngebantu lo” tutur lalak dalam. Aku kembali terdiam, namun menangkap masuk
semua perkataannya. “Ini juga salah gue sih, gue terlalu gampang buat jatuh
cinta dan terlalu dalam buat mencintai.” Batinku. Lalu aku memejamkan mata, menrefleksikan
hati dan pikiran pada bayang semu, mimpi.
Pagi kali ini
terasa berbeda, tak seperti hari-hari sebelumnya. rasa malas memelukku untuk
tetap berada pada tempat tidur. Tak ada kicauan burung. Sisa-sisa rasa sedih
masih bersamaku. Kurasa hari ini mendung, karena belum kulihat juga matahari
menyingsing. Kurasa ia berada dibalik awan, sama sepertiku yang masih berada
dibalik kesedihanku. Aku kembali membanjirkan pipi dengan tangisan. Aku
teringat kembali akan kejadian semalam, serasa batu membentur kepala ku dengan
kerasnya. ”krucuk” keroncong perutku membuyarkan lamunan. Tiba-tiba Lalak datang
membawakan sebuah roti dan susu yang ditaruhnya di meja sanding tempat tidur.
“udah lo makan dulu gih mel, ntar lo sakit. gue tau lo pasti laper. lo kan
belum makan dari semalam.” Memang benar aku kelaparan,semalam waktuku hanya
kuhabiskan untuk menunggu Adit dan jawabannya. Aku terbangun dari tidurku untuk
meghargai kebaikan lalak dan berbuat baik pada perutku. Lalak benar, cukup
hatiku saja yang sakit, aku tidak boleh mengorbankan tubuhku sakit juga, hanya
demi dia. ya dia yang membuat luka. Perlahan aku menyantap sarapan yang
dibuatkan lalak. “yaampun mel mata lo udah kaya kena tinju aja bengkak gitu, gue
panggilin dokter yah?” goda nya mencoba menghibur. “ah elo apaan sih lak, by the way makasih ya sarapannya” aku
mengulas senyum. “iya sama-sama, gue udah kaya babu lo aja ya, untung ada
makanan sisa kemarin..” tukas lalak. “ha?jadi…itu makanan basi?” tatapku mual.
“haha ya engga lah mel. lo mau aja gue boongin haha.” tawanya menggelitik. “yah
gue kira” jawabku.”Udah lo sana mandi dulu badan lo bau kecut.” kata lalak
sambil menutup hidung dan mengusir ku.
“Habis mandi
fresh banget ternyata, pikiran jernih lagi” igo ku. “eh melly pagi-pagi udah
ada di ruang tengah aja” sapa Kevin. “dih vin bisa ngga sih lo tu ngga ngagetin
gue pagi-pagi gini. Masuk rumah ngetuk dulu kek apaan kek gitu” jawabku kesal.
“halah bawel lu ah, ni gue bawain buah buat lo.” sambarnya. “yakali emang lagi
jenguk dirumah sakit gitu ye bawain buah segala, tapi makasih ya” celethuk ku.
“udah kalo gamau buah nya buat gue aja mel gue juga mau kali.” canda lalak. “nah
tu bener kasihin lalak aja tuh dia suka juga.” tambah Kevin. “ye apaan sih gua
bercanda keles santai dong jangan bully” ucap ku memelas pada mereka berdua.
Beberapa menit adalah hening yang tersisa diantara kita. Hanya ada suara tv
yang mengisi kekosongan waktu.
“mel lo udah
gapapa kan?” Tanya Kevin memecah kekosongan. Aku tahu bahwa Kevin akan
menanyakannya.” aku harus kuat, ingat aku bersama mereka saat Ini, jadi apa
yang perlu kutakutkan?” batinku mengoyak. Melihatku yang masih terdiam, lalak
melirikkan matanya pada Kevin sebagai kode. ”mel?” Tanya nya lagi. ”sakit
banget rasanya vin, lak, ketika lo udah mencurahkan semua rasa sama orang yang
lo cintai, dan malah dia nyakitin lo, dengan berbohong aja itu nyakitin banget
rasanya.” jawabku dengan pandangan kosong. Mereka berdua terdiam. “tapi gue
yang salah juga, gue ngga dengerin saran lo lak kalo gue harusnya ngga secepet
itu naruh hati, dan sedalam itu..gue terlalu buta sama cinta, sama fisik, dan
perlakuannya yang memperlakukan gue kaya ratu nya. Jujur gue masih sayang sama
dia. Gue masih sedih tapi mulai sekarang gue bakalan bangkit lak, vin. Gue
gabakal sedih lagi, gue bakalan ngelupain dia. Makasih ya kalian udah mau bantu
gue, kalian sahabat gue banget. ”lanjutku dengan senyum mengembang. Lalu Lalak
dan Kevin sontak memeluk ku erat, aku pun membalas pelukan mereka.
Pagi ini dilanjutkan
dengan suasana syahdu peristiwa itu. Sejak malam itu Adit tak pernah lagi terpampang
dalam layar handphone ku. Batang
hidungnya tak muncul lagi dalam keseharianku. Wajahnya yang rupawan itu
perlahan hilang dalam pikiranku. Aku melupakannya. Rasa sayang ini juga memudar
tanpa perlu dipaksakan. Mengalir begitu saja dan pergi. Adit adalah setangkai
mawar yang menyentuhku, indah namun menyakitkan. Yang kini layu karena sang
waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar